SAYBANYAK - Merasa bosan membuat pancake sebagai makanan cadangan, kalau-kalau anak mogok pada waktu makan? Tak apa-apa, Ma. Sebenarnya, anak tidak memiliki kecenderungan secara biologis untuk menolak makanan yang sehat. Justru biasanya malah orang tua, dan makanan itu sendiri yang membuat nyaman dan membentuk selera (taste bud) anak.
Makanan yang Anda perkenalkan untuk pertama kalinya akan terus membekas dan terbawa hingga Ia dewasa kelak. Jika Ia belajar bahwa sus buah lebih enak daripada buah segar, hasilnya bisa berujung pada masalah berat badan dalam hidupnya. Kasihan, kan?
Jadi, orang tua sendirilah yang seringkali membuat anak menjadi si pemilih makanan sehingga kadang kala memerlukan penanganan khusus nantinya. Ingat, ya, Ma: Anda yang memegang kendali. Anda yang berbelanja bahan makanan. Anda yang memasak bahan-bahan tersebut. Mulailah dari hal-hal kecil seperti ini:
Tidak ada masakan yang serba cepat. Bagaimana anak bisa terpapar pada beragam makanan baru jika Anda terus-terusan menggoreng chicken nugget untuknya? Penelitian ilmiah menunjukkan (lagi dan lagi) bahwa anak adalah peniru ulung. Jadi, mereka akan meniru perilaku makan orang tuanya. Kalau Anda ingin anak makan seabrek variasi makanan yang sehat, sajikan pada mereka apa yang Anda konsumsi (dan pastikan ada sayur dalam piring Anda!).
Menurut Juniarta Alidjaja, DCN.Akp, ahli gizi klinik dari Perisai Husada, Bandung, “Yang terpenting memang mengajak anak sering makan bersama keluarga dan orang tua selalu memberi contoh.” Lama kelamaan anak akan tertarik dan menerima makanan orang dewasa. Penelitian menunjukkan, suasana makan yang menyenangkan akan membuat anak lebih tertarik untuk mengonsumsi makanan yang disajikan. Sementara itu, suasana yang sebaliknya akan membuat anak enggan menyentuh makanannya.
Jangan sediakan junk food di rumah. Apakah anak Anda akan mengambil keripik kentang kesukaannya ketika Ia tidak menyukai steak daging sapi yang Anda letakkan di piringnya? Teruslah asah ‘keterampilan’ untuk mengatakan “tidak” bagi makanan yang tidak menyehatkan. Kedua, jangan beli makanan yang sama sekali tidak memiliki nilai gizi. Adalah tugas orang tua untuk menyediakan makanan yang sehat. Nah, tugas anak adalah memakan (atau tidak memakannya).
Tetap konsisten pada apa yang sudah dilarang. Anak paling suka melanggar batas. Jika Anda tidak terlalu kaku pada aturan yang sudah disepakati, anak akan belajar kalau sah-sah saja untuk menolak makan sayur, makan permen, atau bersikap seperti ‘monster’ kecil pada waktu makan. Dan, hal ini sama sekali tidak bisa dibenarkan.
“Anda, kan, tidak akan membiarkan anak lari ke jalan raya,” kata Cathleen Piazza, Ph.D., pediatric feeding specialist dan peneliti di University of Nebraska Medical Center, Omaha. “Mengapa Anda membiarkan Ia melakukan apa yang diinginkannya, padahal hal itu akan membuatnya berpotensi mengalami serangan jantung nantinya saat dewasa?” Jadilah orang tua yang bijak!