SAYANGANAK – Susu formula disenyalir ikut berperan dalam meningkatkan risiko obesitas pada bayi. Ben Gibbs, profesor sosiologi di Universitas Brigham Young, Utah, Amerika Serikat mengatakan bayi yang mengonsumsi susu formula akan kesulitan mengatur pola makan di kemudian hari. Apalagi ibu yang mengukur porsi susu bayi dalam botol cenderung melebihi kebutuhan bayinya.
“Secara khusus, bayi yang tidur dengan sebotol susu formula memiliki tingkat 30 persen lebih tinggi dari obesitas pada usia 2 tahun,” tulis Daily Mail mengutip pernyataan Gibss, Selasa, 28 Mei 2013. Gibss mempelajari 8.000 ibu yang memberikan ASI dan susu formula pada bayinya yang berusia 9 bulan.
Pada saat evaluasi di usia 24 bulan (2 tahun), ternyata sebagian besar bayi yang diberi susu formula mengalami obesitas. Menurut Gibbs, ketidaktepatan porsi membuat bayi terbiasa dengan porsi besar. Pola makan mereka di kemudian hari pun tak baik karena menuntut porsi besar. Adapun pada porsi ASI bagi bayi terhayat lebih tepat diberikan oleh ibu.
Namun, Gibbs mengatakan bayi yang minum susu botol pada malam hari tak selalu tumbuh menjadi bayi obesitas. Penelitian ini ingin menunjukkan, obesitas tidak hanya terjadi karena faktor genetik dan biologi, tetapi juga dampak dari pola pemberian susu.
Dr Cynthia Mann, dokter anak di Hamden, Connecticut, menegaskan, bayi tidak harus diberi label 'gemuk' agar terlihat sehat. Gemuknya bayi bukanlah gemuk secara klinis, sebab bayi dilahirkan dengan lemak ekstra yang membantu menjaga mereka tetap hangat.
Dia menekankan, meskipun memberikan susu formula dapat menyebabkan kegemukan, bukan berarti orang tua harus membatasi asupan kalori bayi. Hanya saja, orang tua harus lebih waspada memberikan susu formula. Bagaimanapun juga, ASI tetaplah yang terbaik.
“Secara khusus, bayi yang tidur dengan sebotol susu formula memiliki tingkat 30 persen lebih tinggi dari obesitas pada usia 2 tahun,” tulis Daily Mail mengutip pernyataan Gibss, Selasa, 28 Mei 2013. Gibss mempelajari 8.000 ibu yang memberikan ASI dan susu formula pada bayinya yang berusia 9 bulan.
Pada saat evaluasi di usia 24 bulan (2 tahun), ternyata sebagian besar bayi yang diberi susu formula mengalami obesitas. Menurut Gibbs, ketidaktepatan porsi membuat bayi terbiasa dengan porsi besar. Pola makan mereka di kemudian hari pun tak baik karena menuntut porsi besar. Adapun pada porsi ASI bagi bayi terhayat lebih tepat diberikan oleh ibu.
Namun, Gibbs mengatakan bayi yang minum susu botol pada malam hari tak selalu tumbuh menjadi bayi obesitas. Penelitian ini ingin menunjukkan, obesitas tidak hanya terjadi karena faktor genetik dan biologi, tetapi juga dampak dari pola pemberian susu.
Dr Cynthia Mann, dokter anak di Hamden, Connecticut, menegaskan, bayi tidak harus diberi label 'gemuk' agar terlihat sehat. Gemuknya bayi bukanlah gemuk secara klinis, sebab bayi dilahirkan dengan lemak ekstra yang membantu menjaga mereka tetap hangat.
Dia menekankan, meskipun memberikan susu formula dapat menyebabkan kegemukan, bukan berarti orang tua harus membatasi asupan kalori bayi. Hanya saja, orang tua harus lebih waspada memberikan susu formula. Bagaimanapun juga, ASI tetaplah yang terbaik.