SAYABANAK - Untuk bisa melihat, mata membutuhkan cahaya agar dapat memantulkan atau merefleksikan berbagai hal yang ada di depannya. Namun sebuah studi baru mengungkapkan bahwa cahaya juga memegang peranan penting dalam pertumbuhan organ penglihatan, terutama di masa kehamilan.
Temuan tak terduga ini memberikan pemahaman baru tentang proses perkembangan mata janin dan penyebab munculnya penyakit mata yang disebabkan oleh gangguan vaskular (pembuluh darah), khususnya retinopathy of prematurity (ROP) yang dapat menyebabkan kebutaan dini pada bayi.
"Kami telah berhasil mengidentifikasi pola respons cahaya (light-respons pathway) yang mengendalikan jumlah saraf pada retina. Ternyata hal ini berdampak terhadap perkembangan pembuluh darah di mata. Lagipula selama ini penyakit mata yang paling berat diketahui sebagai akibat gangguan pada pembuluh darah jadi proses ini dirasa penting," kata salah satu peneliti, Richard Lang, PhD dari Division of Pediatric Ophthalmology, Cincinnati Children's Hospital Medical Center.
Studi yang dilakukan oleh Lang dan rekannya, David Copenhagen, PhD dari Ophthalmology and Physiology Department, University of California, San Francisco ini menggunakan tikus sebagai model percobaan untuk mengidentifikasi fungsi dan komponen khusus dari pola respons cahaya (light-response pathway).
"Beberapa tahapan perkembangan mata tikus terjadi pasca kelahiran sehingga kami selalu berasumsi bahwa jika cahaya memainkan peran penting dalam perkembangan mata, maka hal itu hanya akan terjadi pada waktu yang sama, yaitu setelah dilahirkan," timpal Copenhagen seperti dilansir dari medindia, Selasa (22/1/2013).
Tapi nyatanya dalam studi ini, kedua peneliti menemukan bahwa aktivasi pola respons cahaya (light-response pathway) justru terjadi selama masa kehamilan. Tak hanya itu, yang mengejutkan, peneliti juga menemukan bahwa foton yang berasal dari cahaya dapat mengaktivasi sebuah protein bernama melanopsin langsung di dalam tubuh janin, bukan ibunya, terutama untuk membantu mengawali perkembangan pembuluh darah dan saraf retina yang normal pada mata si calon bayi.
Kesimpulan itu diperoleh setelah sejumlah tikus yang hamil dibagi menjadi dua kelompok dan sama-sama diletakkan di dalam dua ruangan; gelap dan terang dengan cahaya normal seperti di siang hari, pada minggu-minggu terakhir kehamilan untuk membandingkan efek cahayanya terhadap perkembangan pembuluh darah pada mata.
Kemudian peneliti memutasi sebuah gen khusus pada tikus salah satu kelompok yang disebut Opn4 dan berfungsi menghasilkan melanopsin atau pencegah aktivasi pigmen cahaya. Dari situ diketahui bahwa tikus yang Opn4-nya dimutasi dan diletakkan di ruangan gelap mengalami pertumbuhan pembuluh darah retina yang abnormal dan identik. Ternyata pertumbuhan vaskular yang tak terpantau ini dikendalikan oleh adanya protein vascular endothelial growth factor (Vegfa).
"Jadi kemunculan pola respons cahaya (light-response pathway) tampaknya mengatur Vegfa agar dapat membantu mencegah pertumbuhan vaskular yang tidak diinginkan," tandas peneliti.
Karena protein melanopsis terdapat pada tikus dan manusia selama masa kehamilan maka hal ini semakin memperkuat asumsi peneliti bahwa kondisi yang sama pada tikus juga dapat ditemukan pada manusia. Kendati begitu, Lang mengungkapkan tengah berupaya untuk mempelajari pola respons cahaya yang sama dan pengaruhnya terhadap kerentanan calon janin untuk mengalami retinopathy of prematurity (RoP) atau sejumlah penyakit mata lainnya.
sumber