SAYANGANAK - Orang tua harus mewaspadai dehidrasi yang terjadi pada anak yang sedang berpuasa agar dapat diatasi dengan baik. Imbauan itu disampaikan Ketua Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi atau Gemazi dr. Tirta Purwita Sari
"Orang tua tidak perlu menganjurkan puasa penuh pada anak-anak yang berusia tujuh atau delapan tahun, pada usia sembilan baru boleh dianjurkan. Yang paling ditakutkan adalah terkena dehidrasi," kata Tirta Purwita Sari di Jakarta, Jumat (19/7/2013).
Ia mengatakan anak kecil memiliki struktur sendiri dalam tubuhnya dan berbeda dengan orang dewasa. Struktur tubuh yang paling membedakan, papar Tirta, adalah kemampuan hati anak kecil dalam menyimpan energi. Orang dewasa mampu puasa penuh karena memiliki sistem hati yang menyimpan energi dalam waktu lama, namun tidak pada anak kecil.
"Orang dewasa punya cadangan lemak yang banyak, hati yang bisa menyimpan energi, sehingga empat jam setelah makan, orang dewasa mampu memproduksi energi kembali. Nah, anak kecil belum punya itu," kata Tirta.
Ia menyebutkan masyarakat Indonesia memiliki risiko dehidrasi yang tinggi, karena cuaca yang panas dan lembab, sehingga tidak hanyak anak kecil, orang dewasa pun rentan terhadap dehidrasi saat berpuasa.
Oleh karena itu, lanjut Tirta, orang tua perlu memperhatikan apabila saat berpuasa bibir anak terlihat kering, tidak buang air kecil dalam waktu lama, urinnya berwarna pekat, dan mengeluh sakit kepala. Si anak dianjurkan untuk berbuka, karena dikhawatirkan terkena dehidrasi.
Tirta mengatakan, yang perlu diperhatikan saat anak ingin mengawali puasanya adalah memastikan bahwa puasa tersebut adalah keinginan anak itu sendiri.
"Jangan buat suasana yang trauma. Jadi, langkahnya adalah perkenalkan suasana berpuasa. Bahwa ini adalah ibadah wajib, ada sahur dan berbuka puasa," kata Tirta.
Menurut Tirta, ada baiknya apabila anak diajarkan berpuasa secara bertahap, misalnya dimulai dari enam jam, delapan jam dan seterusnya. Dalam hal ini, kata dia, orangtua harus mendukung dengan memberikan makanan dengan gizi seimbang, yang mencakup karbohidrat, protein, lemak dan vitamin.
"Yang perlu diingat adalah anak itu dalam masa pertumbuhan. Jadi jangan sampai ada periode di mana dia tidak cukup gizi untuk tumbuh," kata Tirta. Untuk itu, menurut dia, orangtua harus menggantikan kealpaan atau kekosongan makanan anak selama 14 jam berpuasa dengan makanan dengan gizi seimbang, seperti menambah porsi susu, dan makanan berenergi lainnya.
"Orang tua tidak perlu menganjurkan puasa penuh pada anak-anak yang berusia tujuh atau delapan tahun, pada usia sembilan baru boleh dianjurkan. Yang paling ditakutkan adalah terkena dehidrasi," kata Tirta Purwita Sari di Jakarta, Jumat (19/7/2013).
Ia mengatakan anak kecil memiliki struktur sendiri dalam tubuhnya dan berbeda dengan orang dewasa. Struktur tubuh yang paling membedakan, papar Tirta, adalah kemampuan hati anak kecil dalam menyimpan energi. Orang dewasa mampu puasa penuh karena memiliki sistem hati yang menyimpan energi dalam waktu lama, namun tidak pada anak kecil.
"Orang dewasa punya cadangan lemak yang banyak, hati yang bisa menyimpan energi, sehingga empat jam setelah makan, orang dewasa mampu memproduksi energi kembali. Nah, anak kecil belum punya itu," kata Tirta.
Ia menyebutkan masyarakat Indonesia memiliki risiko dehidrasi yang tinggi, karena cuaca yang panas dan lembab, sehingga tidak hanyak anak kecil, orang dewasa pun rentan terhadap dehidrasi saat berpuasa.
Oleh karena itu, lanjut Tirta, orang tua perlu memperhatikan apabila saat berpuasa bibir anak terlihat kering, tidak buang air kecil dalam waktu lama, urinnya berwarna pekat, dan mengeluh sakit kepala. Si anak dianjurkan untuk berbuka, karena dikhawatirkan terkena dehidrasi.
Tirta mengatakan, yang perlu diperhatikan saat anak ingin mengawali puasanya adalah memastikan bahwa puasa tersebut adalah keinginan anak itu sendiri.
"Jangan buat suasana yang trauma. Jadi, langkahnya adalah perkenalkan suasana berpuasa. Bahwa ini adalah ibadah wajib, ada sahur dan berbuka puasa," kata Tirta.
Menurut Tirta, ada baiknya apabila anak diajarkan berpuasa secara bertahap, misalnya dimulai dari enam jam, delapan jam dan seterusnya. Dalam hal ini, kata dia, orangtua harus mendukung dengan memberikan makanan dengan gizi seimbang, yang mencakup karbohidrat, protein, lemak dan vitamin.
"Yang perlu diingat adalah anak itu dalam masa pertumbuhan. Jadi jangan sampai ada periode di mana dia tidak cukup gizi untuk tumbuh," kata Tirta. Untuk itu, menurut dia, orangtua harus menggantikan kealpaan atau kekosongan makanan anak selama 14 jam berpuasa dengan makanan dengan gizi seimbang, seperti menambah porsi susu, dan makanan berenergi lainnya.