SAYABANAK - Hingga saat ini, dokter belum mengetahui dengan pasti penyebab sebagian bayi menangis berlebihan (kolik). Namun sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa bakteri usus yang abnormal kemungkinan mempunyai peranan dalam kasus ini.
Kolik adalah sebuah istilah yang menjelaskan kondisi ketika bayi menangis lebih dari tiga jam sehari tanpa alasan medis yang jelas.
Pada minggu-minggu pertama kehidupan, para ilmuwan menemukan bahwa bayi yang kolik mempunyai kadar bakteri yang dinamakan protobacteria. Kadarnya lebih tinggi dalam usus mereka dibandingkan bayi yang tidak mengalami kolik.
"Termasuk dalam bakteri jenis ini adalah bakteri yang memproduksi gas, yang menyebabkan nyeri pada bayi dan membuat mereka menangis," ujar peneliti Caroline de Weerth, seorang psikolog perkembangan di Radbound University Nijmegen di Belanda, seperti dikutip situs LiveScience edisi 16 Januari 2013.
Bayi-bayi yang mengalami kolik juga mempunyai jumlah bakteri yang disebut bifidobacteria dan lactobacilli yang lebih rendah dibandingkan kelompok lainnya. Padahal bakteri-bakteri tersebut, menurut De Weerth, mempunyai efek antiperadangan dan bisa menurunkan rasa nyeri usus maupun rasa sakit.
"Sejak lama, banyak peneliti dan profesional percaya bahwa kolik merupakan kondisi esktrem dari kebiasaan menangis yang normal di awal-awal kehidupan bayi," ujar De Weerth.
"Hasil riset ini menunjukkan bahwa setidaknya ada beberapa penyebab kolik, abnormalitas dalam kolonisasi awal pada usus bayi yang menyebabkan perilaku kolik pada bayi," kata dia.
Abnormalitas ini akan hilang setelah beberapa bulan usia bayi, atau dengan kata lain bersifat sementara. Namun, hasil studi yang dipublikasikan online di jurnal Pediatrics ini berskala kecil dan dilakukan hanya beberapa bulan sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasikan hasil temuan ini.
Penelitian sebelumnya menunjukkan perbedaan pada bakteri usus yang bisa jadi berperan pada kasus kolik. Namun, studi-studi tersebut hanya melibatkan bayi berusia lebih dari enam minggu, masa ketika kolik sudah berlalu.
Hasil riset terbaru yang melibatkan 12 bayi kolik ini menunjukkan bahwa para periset bisa meneliti bakteri usus untuk memprediksi bayi-bayi tertentu yang kemungkinan mengalami kolik. Selain itu, kata De Weerth, terapi probiotik atau bakteri baik bisa dilakukan untuk mengatasi kolik.