Menu Atas

Iklan

iklan

Menulis Bisa Menyembuhkan Penyakit?

Selasa, 09 Oktober 2012 | 03.07.00 WIB Last Updated 2012-10-08T20:07:16Z

JIKA merasa sakit atau ada sesuatu yang salah pada tubuh Anda, sebaiknya tuliskanlah keluhan-keluhan tersebut dalam kata-kata positif pada diary atau blog pribadi Anda. Studi membuktikan menulis punya kekuatan untuk penyembuhan dan meringankan penyakit.

Inilah yang dilakukan survivor kanker yang juga seorang penulis, Amanda Enayati. Saat didiagnosis kanker, hal pertama yang ia lakukan adalah menelepon suami dan keluarganya, karena ia merasa tak bisa menanggung kesedihan sendiri.

Kemudian hal kedua yang dilakukannya adalah menulis di blog dengan tulisan yang diberi judul 'The Second Half of My Life'.

Berikut adalah kata-kata yang Amanda tulis dalam beberapa menit pertama:

Anda mungkin tidak akan percaya hidup saya. Dalam cahaya tertentu ini akan terbaca seperti sebuah ensiklopedia dari tragedi: revolusi, penyakit, isolasi, disfungsi, terorisme, kegagalan dan penarikan (withdrawal). Sebelum Anda pergi, biarkan saya juga memberitahu bahwa jika Anda bertemu saya, Anda mungkin berpikir saya adalah orang bahagia yang tidak pernah hidup.

"Menulis itu otomatis, intuitif (mengikuti kata hati) dan hampir tidak sadar bagi saya. Tetapi karena waktu berlalu, saya merasa yakin bahwa hal itu telah membantu menyelamatkan hidup saya, meskipun saya tidak berani mengungkapkannya karena takut terdengar tidak rasional," jelas Amanda Enayati, seperti dilansir CNN, Jumat (1/7/).

Menurutnya, menulis adalah kebutuhan dasar manusia untuk menceritakan sebuah cerita, termasuk cerita hidupnya. Hal ini bisa mengurangi tingkat stres yang akhirnya bisa meringankan penderitaan yang dirasakannya.

Sebuah studi yang dilakukan Dr. James Pennebaker, profesor dan ketua Departemen Psikologi di University of Texas di Austin, juga menemukan korelasi antara pengalaman traumatis dan peningkatan jumlah masalah kesehatan.

"Stres mayor dalam hidup mempengaruhi kesehatan fisik. Sama sekali tidak ada keraguan bahwa memiliki pergolakan yang serius dalam hidup Anda dikaitkan dengan perubahan biologis yang berpotensi merugikan, seperti peningkatan aktivitas kardiovaskular, menurunkan fungsi kekebalan tubuh, peningkatan risiko serangan jantung," ujar Dr. Pennebaker.

Pada studi pertamanya yang diterbitkan tahun 1986, Dr. Pennebaker mempelajari bagaimana menulis dan mengungkapkan trauma yang dirahasiakan dapat membantu meringankan penyakit seseorang.

Dr. Pennebaker membuat dua kelompok yang dibagi menjadi kelompok yang menuliskan keluhan atau traumanya dan kelompok kontrol sebagai pembandingnya.

Hasilnya, enam bulan berikutnya kelompok yang menuliskan kisah traumatisnya mengalami penurunan tingkat penyakit dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak menuliskan kisah traumatisnya.

Dalam studi lain pada tahun 1990-an, orang dengan AIDS yang menuliskan kisah tentang diagnosa dan bagaimana AIDS mempengaruhi kehidupannya, ternyata bisa mengalami peningkatan yang bermanfaat dalam jumlah sel darah putih dan penurunan virus.

Studi demi studi yang dilakukan Dr. Pennebaker membuatnya menyimpulkan bahwa menuliskan pengalaman negatif dalam kata-kata tampaknya memiliki efek positif pada fisik dan juga psikologis.

Dr. Pennebaker juga mempelajari bagaimana nuansa cara menulis dapat membantu orang untuk sembuh. Salah satunya yang mampu menuliskan hal-hal positif dalam tulisannya, seperti 'cinta', 'peduli', 'bahagia' dan 'sukacita', yang tampaknya lebih bermanfaat daripada yang lain.

"Bahkan jika orang mengatakan 'tidak ada yang peduli dengan saya' atau 'saya tidak mencintai siapa pun,' yang berarti mereka masih memikirkan dimensi kebahagiaan. Lebih baik mengatakan 'Anda tidak puas' daripada mengatakan 'Anda sedang sedih'," jelas Dr. Pennebaker.

Penelitian lain juga dilakukan Nancy Morgan dari Georgetown's Lombardi Cancer Center. Pada saat ia menciptakan program menulis ekspresif di Lombardi pada tahun 2001, ia telah kehilangan ibu dan suaminya karena kanker.

Melalui program tersebut dia mengadakan workshop penulisan untuk pasien, pendeta, perawat, pekerja sosial dan mahasiswa kedokteran. Penelitian Morgan menunjukkan korelasi yang signifikan antara ekspresi diri dan cara pasien kanker berpikir tentang penyakit mereka, serta perbaikan fisik tertentu pada kesehatan mereka.

"Yang mengejutkan saya adalah kesamaan dalam menulis. Hampir setiap orang yang menguraikan shock saat menerima diagnosis kanker hingga beberapa tingkat penerimaan suatu bentuk rasa syukur dari beberapa transformasi tertentu dalam hidupnya," jelas Morgan.

Pengertiannya adalah, lanjut Morgan, 'kanker bukan hadiah' tetapi mengajarkan bagaimana pasien menghargai karunia dalam hidup mereka.

"Para pasien tampaknya menemukan jalan keluar dari kegelapan dan saya percaya menulis membantu mereka melakukan itu," ujar Morgan.

sumber
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Menulis Bisa Menyembuhkan Penyakit?

Tag Terpopuler

Iklan

iklan